Jumat, 30 September 2011

Cincin Warisan


Seorang tua renta, duda yang sering pesakitan mempunya tiga anak yang sudah berkeluarga. Si Sulung, Si Tengah dan Si Bungsu. Sebelum meninggal Pak Tua  meminta ketiga anaknya berkumpul. Pada kesempatan tersebut sang Ayah berkata : " Wahai anak-anakku, kiranya aku perlu berwaris pada kalian. Rasanya hidupku tak akan lama lagi. Aku hendak mewariskan tiga cincin berlian untuk masing-masing. Siapa yang bisa membuka rahasia dibalik cincin tersebut maka ia akan mendapat kemakmuran sepanjang hidupnya. Kutitipkan hanya itulah warisan dariku". Mereka terdiam merenungi kata-kata sang ayah.
Selang beberapa waktu sang ayah wafat meninggalkan mereka. Selanjutnya mereka berkumpul dalam suatu kesempatan. Sang Sulung membuka pembicaraan. “ Wahai adik-adikku sebagai ganti Ayah maka aku berpikir bahwa apa yang Ayah katakan itu sangat benar, sehingga sebaiknya tak ada dari kita yang menjual warisan tersebut. Aku bertekad akan membuka rahasia warisan itu”. Mereka berdua mendengarkan, Si Tengah mengangguk-angguk menunjukkan setuju dengan perkataan kakaknya. Tapi Si Bungsu malah mengkerutkan keningnya, sambil mengatakan bahwa ia tidak bisa memahami maksud almarhum ayahnya, ia merencanakan akan menjual saja. Maka sang kakak memarahi Si Bungsu habis-habisan, karena menganggap si Bungsu bukan anak yang berbakti.
Hari-hari berlalu, membawa cerita masing-masing prilaku ketiga anak. Si Sulung waktunya dihabiskan pergi ke tempat orang yang “pintar” menjalankan dan bertanya tentang rahasia warisan . Tidak sedikit biaya yang ia keluarkan sehingga bangkrutlah ia dan tak menemukan rahasia warisan tersebut.
Lain lagi dengan Si Tengah , ia mendatangi ilmuwan dan berkonsultasi tentang cara membuka rahasia dibalik cincin tersebut. Setiap ilmuwan yang terhebat di suatu kota ia datangi namun setiap pulang selalu membawa hampa. Harta kekayaannya habis untuk membiayai reaserh membuka rahasia di balik cincin.
Sang Bungsu  yang sederhana, tetap menjalankan rencana menjual cincin warisan. Dari hasil penjualannya ia belikan ternak dan ladang. Hari demi hari ia bekerja keras mengurus ternak, sawah dan ladang. Sehinga tahun demi tahun tanah laaing sawahnya bertambah banyak hasil padinya melimpah demikian juga hasil kebunnya. Ternaknya beranak binak. Keserhanaan yang mengandalkan kerja keras rasional membuahkan hasil karena keringat dan ketekunan.
 
                    Lalu siapakah sesungguhnya yang lebih pandai membuka rahasia warisan….?

We can't solve problems by using the same kind of thinking we used when we created them. (Albert Einstein.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bukber Jeung Syukur

  Majalaya, 28 Maret 2025 Assalamualaikum Wr. Wb. Mangga urang sami-sami manjatkeun puji sareng syukur ka Allah SWT, nu di mana dina kasempa...