Selasa, 18 Februari 2014

Bedah SKL Matematika SMP



Bedah Standar Kompetensi Lulusan Matematika Sebagai Upaya
Meningkatkan Percaya Diri Bagi Kita Semua
Oleh
Endag Setia Permana,S.Pd
Fasilitator MGMP Matematika Gugus 1 Kab.bandung

            Suatu saat saya sering ditanya apakah saya setuju dengan adanya UN.  Pernah saya menunggu mengikuti perkembangan diskusi UN di media elektronik, bahkan memprediksi bahwa UN mungkin pada tahun itu tidak dilaksanakan.  Saya sampai terlena dengan asumsi tersebut,  karena sementara polimik berkembang terus di media elektronik , sedangkan  pergerakan sosialisasi di lapangan terus berlangsung. Pada akhirnya regulasi UN terbit dan sekolah harus melaksanakan UN tersebut.  Pengalaman ini menjadikan pelajaran bagi penulis, sehingga penulis berpendirian : “Daripada terjebak polemik berkepanjangan lebih baik , guru melakukan tugas professional dalam menyiapkan anak didik  menjadi percaya diri ketika mengikuti Ujian Nasional”.
            Catatan pelaksanaan jam khusus pemantapan baik dari guru maupun siswa pernah mempertanyakan dan berdiskusi berkaitan dengan UN. “ Mengapa kelulusan seorang anak yang telah menempuh proses tiga tahun dieksekusi hanya oleh durasi empat kali 120 menit dan 180 soal selama empat hari ?” . Penulis hanya kembali mempertanyakan tersebut dengan pertanyaan balik, “ Apakah persiapan untuk mengerjakan 180 soal tidak cukup dalam waktu tiga tahun?” . Bukankah kisi-kisinya sudah diberikan . Tinggal upaya kreativitas dan inovasi semua pihak dapat dilakukan melalui kegiatan bermakna , sistematis dan tepat sasaran.
Konon katanya “ kegiatan UN “ merupakan salah satu aktivitas yang memicu adrenalin lebih besar secara nasional. Gejala ini akan tampak pada berbagai lapisan. Seiring mendekatnya hari-H UN maka semakin banyak orang tua menjadi panik, anak mengalami depresi, guru terbebani oleh rasa khawatir berlebihan, sekolah makin cemas kalau ada siswa yang tidak lulus atau jika nilai rata-rata UN-nya anjok yang mengakibatkan posisi peringkatnya lebih rendah dari posisi tahun sebelumnya. Hal ini merupakan kondisi dan atmosfir buruk bagi pendidikan , merugikan dan bisa menjadi kontra produktif. Kecemasan merupakan bagian anugrah Tuhan dalam keadilanNya. Manusia yang dibekali akal , rasa dan kehendak dituntut melakukan tata kelola terhadap anugrah tersebut secara sehat, positif dan konstruktif. Ia tinggal mengelola kecemasan tersebut menjadi tantangan bagi bahan pemecahan masalah yang harus dicarikan solusinya. Komunitas intelektual dapat diberdayakan secara bersama-sama agar mendorong setiap komponen pendidikan melakukan upaya dan aksi nyata secara tepat sesuai dengan kapalitas dan kapasitasnya masing-masing.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional dilakukan evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Perkembangan UN dari zaman ke zaman di Indonesia mengalami banyak metamorfosa dan telah beberapa kali diganti formatnya. Adapun perkembangannya adalah sebagai berikut dibawah ini :
No.
Tahun
Uraian
Catatan
1.
1965-1971
Sistem ujian dinamakan sebagai Ujian Negara.

Hampir berlaku untuk semua mata pelajaran, semua jenjang yang ada di Indonesia, yang berada pada satu kebijakan pemerintah pusat.
2.
1972-1979
Pada tahun itu, Ujian Negara ditiadakan, lalu dirubahmenjadi Ujian sekolah. Sehingga, sekolah lah yang menyelenggarakan ujian sendiri.
Semuanya diserahkan kepada sekolah, sedangkan pemerintah pusat hanya membuat kebijakan-kebijakan umum terkait dengan ujian yang akan dilaksanakan oleh pihak sekolah.
3
1980-2000
Pada tahun tersebut, untuk mengendalikan, mengeva-luasi, dan mengembangkan mutu pendidikan, Ujian sekolah diganti lagi menjadi Evaluasi Belajat Tahap Akhir Nasional.
(EBTANAS).
Dalam EBTANAS ini, dikembangkan perangkat ujian paralale untuk setiap mata pelajaran yang diujikan. Sedangkan yang menyelenggarakan dan monitoring soal dilaksanakan oleh daerah masing-masing.
4
2001-2004
EBTANAS diganti lagi menjadi Ujian Akhir Nasional (UNAS)..
Hal yang menonjol dalam peralihan dari EBTANAS  menjadi UNAS adalah  dalam penentuan kelulusan siswa, yaitu ketika masih menganut sistem Ebtanas kelulusan berdasarkan nilai 2 semester raport terakhir dan nilai EBTANAS murni, sedangkan dalam kelulusan UNAS ditentukan oleh mata pelajaran secara individual

5
2005-2009
Terjadi perubahan sistem yaitu pada target wajib belajar pendidikan (SD/ SMP/SMA) sehingga nilai kelulusan ada target mini-mal.

6
2010-Sekarang
UNAS diganti menjadi Ujian Nasional (UN).
Untuk UN tahun 2012, ada ujian susulan bagi siswa yang tidak lulus UN tahap pertama. Dengan target, siswa yang melaksanakan UN dapat mencapai nilai standar minimal UN sehingga mendapatkan lulusan UN dengan baik. Tahun  2013 tidak ada ujian susulan . Pemerintah dan sekolah menetapkan batas rata-rata kelulusan. Terdapat pembobotan nilai Raport semester 1 sd 5 serta Ujian Sekolah dan Ujian Nasional

Perkembangan dan pembahasan pelaksanaan UN menjadi polemik antara pro dan kontra hangat baik pada masyarakat  awam, praktisi, birokrat, , akademisi, bahkan  organisasi profesi non pemerintah. Sebagai guru hanyalah menjalankan agenda nasional tersebut dan mengawalnya menjadi kegiatan bermakna dan berhasilguna bagi semua pihak.
Posisi guru yang strategis dapat menjadi bagian komponen pendidikan dalam menkontribusi solusi masalah tersebut. Pada dasarnya guru dapat menyiapkan bahan yang baik pada saat kegiatan kbm maupun kegiatan pemantapan yang mampu secara ramah melayani kebutuhan siswa yang beragam .
Bagaimana guru melakukan persiapan Ujian Nasional dari tahun ke tahun, mungkin banyak cara dan strategi yang telah dikembangkan masing-masing berdasarkan asumsi dan teorinya masing-masing.
Sebagai penulis pernah melakukan hal-hal sebagai berikut :
1.      Mendokumenkan soal UN setiap tahunnya .
2.      Melengkapi soal UN semua paket dan membahasnya.
3.      Melakukan bedah SKL dan menyusun soal latihan sebagai pengembangan indikator atau memprediksi soal yang mungkin muncul.
4.      Melengkapi buku-buku sumber yang memuat pembahasan soal UN dari tahun ke tahun.
5.      Menyusun buku latihan UN yang dikelompokkan berdasarkan indikator dari beberapa tahun.
6.      Mengikuti pelatihan yang membahas materi-materi pilihan UN

Kegiatan bedah SKL yang dilakukan pada tahun ini dapat berfokus pada  menganalisis prilaku belajar siswa dalam mengerjakan soal UN baik dalam forum MGMP sekolah maupun MGMP Gugus. Basis paradigma yang dikembangkan tidak sebatas bagaimana soal dikerjakan tetapi bagaimana guru mengintervensi anak yang lambat mengerjakan soal dibanding teman-temannya serta upaya memberdayakan teman sebaya sebagai bahan penguat intervensi belajar melalui kegiatan teman sebaya.
Kajian soal-soal ujian Nasional oleh guru mata pelajaran UN banyak dilakukan baik dalam bentuk latihan yang diadakan oleh pihak dinas atau sekolah. Bahkan para penerbit mampu melihat peluang tersebut dengan memfasilitasi para penulis buku tentang kiat sukses menghadapi ujian nasional. Buku-buku tersebut banyak tersebar di toko buku atau pusat penjualan buku beberapa bulan menjelang UN dilaksanakan.
Guru yang tergabung dalam MGMP Gugus dapat secara bersama-sama melakukan kajian tersebut. Kegiatan ini bisa muncul karena motivasi guru dalam melakukan inovasi dan kreatiativitasnya sebagai tuntutan pihak ekternal ataupun internal guru itu sendiri. Pada akhirnya bentuk akhir sebagai produk intelektual guru-guru tersebut dapat dijadikan bekal guru dalam pembelajaran matematika di kelas pada saat jam kbm biasa atau khusus ( pemantapan ).
Berikut langkah-langkah bagaimana membedah SKL UN Matematika yang dapat menjadi alternatif dan bahan masukan khususnya bagi guru matematika SMP dimanapun, antara lain sebagai berikut :
1.      Menelaah POS UN untuk menghitung mundur waktu pelaksaan UN sebagai bagian rencana dalam menetapkan jadwal program.
2.      Mencatat jadwal kegiatan Latihan Ujian Nasional yang akan dilaksanakan oleh sekolah dan memetakan waktu untuk melaksanakan program pemantapan , bisa individu ataupun sekolah.
3.      Mengkaji SKL secara mendalam dengan memetakan SKL tersebut ke wilayah-wilayah bahan ajar tingkatan kelas ( Kelas 7, Kelas 8,Kelas 9 ) atau kelompok bahan ajar KTSP ( aritmetika, aljabar , geometri, statistika dan peluang ). Guru dapat pula mengembangkan indikator turunan dari indikator yang ada.
4.      Menelaah dan mengkaji soal dari master soal UN tahun lalu , selanjutnya menganalisis satu sampel soal dalam hal aspek kognitif soal ( Taksonomi Bloom ), Tingkat kesukaran, Level dasar berpikir matematika , menganalisis prediksi mengerjakan soal oleh anak, menyusun materi prasarat yang menjadi pondasi pengerjaan soal-soal tersebut.
5.      Mengupas soal-soal satu persatu baik berurutan maupun acak sesuai kepentingan dengan melakukan sebagai berikut :
a.       Guru mengerjakan soal dengan caranya sendiri
b.      Guru melihat kembali pengerjaannya selanjutnya memikirkan alternatif cara mengerjakan dengan cara yang berbeda.
c.       Guru menganalisis dan memprediksi cara yang familiar bagi anak.
d.      Guru menganalisis langkah-langkah yang akan dilakukan anak dalam mengerjakan suatu soal dengan memperhatikan kemungkinan cara berpikirnya
e.       Guru menyusun materi prasarat sebagai jembatan bahan pengerjaan soal menjadi mudah bagi anak.
f.       Guru mempersiapkan soal yang setipe sebagai asumsi “ dalil kontars” dan “ dalil variasi “.
g.      Guru dapat mengembangkan analisis kesalahan dari pengerjaan soal yang dilakukan anak.
h.      Guru dapat mengembangkan daftar pertanyaan wawancara dengan anak berkaitan kendala yang dihadapi maupun bantuan diperlukannya.
6.      Melihat progress hasil belajar baik secara mendalam maupun umum dengan menggunakan data hasil latihan ujian nasional skala nasional , skala sekolah ataupun tugas-tugas mandiri yang diberikannya.
7.      Mengevaluasi dan mendokumenkan pembahasan soal-soal sebagai bekal bahan belajar menghadapi UN.

Hal menarik dari respon guru dalam melakukan inovasi ini adalah alasan yang mendukung asumsi bahwa input siswa yang menyedihkan membuat pesimis para guru. Sebetulnya ini bisa menjadi pilihan dalam aksi bagi guru, apakah memilih tidak melakukan apapun atau bekerja sekecil apapun yang dapat dilakukan. Kita tidak mungkin menghindar dari masalah yang ada, sebab jika masalah dihindari maka gap masalah makin menjadi, tetapi jika kita kupas tuntas maka terbukalah kotak hitam misteri.
Bagi guru ini bukanlah pekerjaan yang mudah , tetapi sangat mungkin dilakukan. Kita masih percaya akan pepatah sehari sehelai benang maka setahun sehelai kain, sedikit-sedikit menjadi bukit.  Guru dapat melakukan secara kolaboratif dengan teman sejawat atau pengawas pembina sekolahnya masing-masing dalam melakukan bedah SKL.  Modal kita adalah bahwa produktifitas dan inovasi guru akan berbanding lurus dengan motivasi dan kinerjanya. Tinggal niat kita saja , apakah ini akan kita dijadikan “hasrat ( fasion)” atau peluang yang kita lewatkan begitu saja.
Selamat menganalisis.
 

Kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh Pola Minngu Zoom Meeting Di SMPN 1 Baleendah

  Kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh Pola Minngu Zoom Meeting Di SMPN 1 Baleendah Oleh Endang Setia Permana SMP Negeri 1 Baleendah   T...