Rabu, 31 Oktober 2012

Materi MGMP



Materi MGMP Matematika
Gugus 01 Kab.Bandung

Endang Setia Permana,S.Pd
Rabu, 31 Oktober 2012


            Aktivitas belajar matematika di kelas merupakan hal yang menjadi fokus bagi seorang guru matematika dalam menjalankan tugasnya. Banyak pendekatan dan strategi yang dapat dipilih untuk mengajarkan materi kepada peserta didik , guru dapat mengajar dengan mempertimbangkan kematangan mental peserta didiknya , seperti yang dibahas menurut teorinya Piaget serta tak lupa guru memperhatikan pula aktifitas bahasa dan pikiran bagi peserta didik yang dipilihnya  sesuai teorinya Vigotsky. Seiring waktu proses pembentukan shcema dan pengembangannya yang terjadi pada peserta didik menjadi lebih kompleks melalui mind on activity dan hands on activity  di dalam kelas , dengan demikian kedua aktivitas tersebut menjadi bagian strategis untuk posisi guru matematika di kelas. Lambat laun setiap anak akan belajar dan menemukan bagaimana penyatukan pengalaman belajar serta aktivitasnya dalam memperkuat aspek mathematics comprehension, reading comprehension dan computasi ability.
Sesuai dikutif dari makalahnya Dwi Purnomo , bahwa menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu : (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational. Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi. James Atherton (2005) menyebutkan bahwa asisimilasi adalah “the process by which a person takes material into their mind from the environment, which may mean changing the evidence of their senses to make it fit” dan akomodasi adalah “the difference made to one’s mind or concepts by the process of assimilation”
Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.          
Menurut  Vygotsky, yang dikutif dari  John W .Santrock , 2007,  fungsi-fungsi mental memiliki koneksi-koneksi sosial .Vygotsky berpendapat bahwa anak-anak mengembangkan konsep-konsep lebih sistematis, logis, dan rasional sebagai akibat dari percakapan dengan seorang penolong yang ahli. ( Berninger dkk,2004; Camilen,2005; Fidalgo dan Pereira,2005; Sketsenko dan Arievitch, 2004 )
Kemampuan dan kematangan peserta didik dalam belajar matematika perlu dibantu oleh guru melalui pengalaman belajar yang melibatkan aktivitas pikiran dan kegiatan, salah satunya dengan memanipulasi benda –benda yang berkaitan dengan media pembelajaran pada saat guru menyampaikan bahan ajar yang dipelajariya. Sesuai Sumardiyono bahwa penggunaan alat  peraga  atau  alat  manipulatif  memiliki  nilai  lebih  dalam pembelajaran matematika. Paling tidak manfaat pertama yang dapat diraih adalah perhatian dan motivasi siswa. “Manipulatives quickly get students involved in learning process”  (alat peraga secara cepat melibatkan siswa ke dalam proses belajar),  demikian  ditegaskan  Maletsky dalam  Posamentier (1987:187).
Menurut Gagne, dalam belajar matematika ada dua objek yang dapat diperoleh peserta didik, yaitu objek langsung dan objek tak langsung.  Objek tak langsung antara lain kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif terhadap matematika , dan tahu bagaimana semestinya belajar. Sedangkan objek langsung  berupa fakta, skills, konsep dan prosedur. Fakta adalah objek matematika yang tinggal menerimanya, seperti lambang bilangan, sudut, dan notasi-notasi  matematika lainnya Skills/ keterampilan  berupa kemampuan memberikan jawaban dengan tepat dan cepat. Konsep adalah ide abstraks yang memungkinkan kita dapat mengelompokkan objek ke dalam  contoh dan bukan contoh. Prinsip/aturan adalah objek yang paling abstrak yang berupa sifat atau teorema.
             Banyak lagi acuan teoritis yang mendasari bagi guru dalam alternatif memilih dan mengimplementasikan pembelajarannya di kelas, serta ragam pendekatan beserta strategi kaitannya dengan bagaimana peserta didik yang memiliki learning style terlayani oleh guru mengajar.
            Semakin baik persiapan pengajaran dilakukan oleh seorang guru maka diperkirakan akan semakin kaya proses pembelajaran terjadi di dalam kelasnya, dengan sendirinya tuntutan lingkungan belajar yang diminta dalam pembelajaran dengan suasana menyenangkan, kreatif dan inovatif serta bermakna tidak hanya menjadi bagian diskusi verbalistik dan teoritis.          
Salah satu bahasan yang kita pelajari di SMP yaitu bagaimana para peserta didik dapat memfaktorkan bentuk ax2 + bx + c ( Kelas 7 Semester 1 ) , menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel ( kelas 8 Semester 2 ) dan Kegiatan Statitika ( Kelas 9 Semester 1 ).
            Dengan membuat model secara sharing dalam visi kolaboratif dan kolegalitas diharapkan guru dapat memilki khasanah pembelajaran matematika yang lebih baik lagi. Selamat beraktivitas.


           

Senin, 29 Oktober 2012

inovasi ...

Ini bagian dari cara berpikir, semoga menjadi motivasi diri.
      Prilaku organisasi yang berkembang diamuati oleh cara berpikir anggotanya , anggota lah yang menciptakan paradigma organisasi, bahkan menjadi budaya organisasi walau semuanya menjadi saling mempengaruhi. Waktulah yang menuntun secara kelompok atau perorangan untuk memformat diri, plus minus silih berganti mewarnai. Bagiku adalah menyempurnaan schematanya Piaget dan pematangan Lev Vygotsky , usia dan bahasa berbaur membentuk pola pikir dalam tata konsep dan analisis.
     Sebagai referensi mungkin harus kubuka sebagai catatan yang memberi khasanah berpikir bagi siapa yang ingin berbagi.


Proses manajemen Kebutuhan Khusus pada tatanan Messo di Tingkat Propinsi meliputi kegiatan Merencanakan, Mengorganisasikan, Melaksanakan,  Menggerakkan, Mengkomunikasikan, Mengkoordinasikan, Mengendalikan, Mengevaluasi dan Menindaklanjuti berbagai kegiatan dalam mewujudkan tujuan pendidikan kebutuhan khusus di tingkat propinsi.
a.    Coba Anda jelaskan Fungsi Manajemen  PKKh tersebut secara strategik sehingga dapat dijadikan acuan yang baik dalam mewujudkan tujuan implementasi Pendidikan Kebutuhan Khusus di tingkat Propinsi!
            Fungsi Manajemen Sistem Pendidikan Kebutuhan Khusus merupakan tugas tugas/kegiatan yang harus dilakukan oleh individu maupun kelompok dalam lembaga pendidikan kebutuhan khusus dalam mencapai  tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Manajemen Pendidikan Kebutuhan Khusus, berarti proses yang kontinu dan berkesinambungan mulai dari  Merencanakan, Mengorganisasikan, Mengangkat  staf, Menggerakkan, Mengkomunikasikan, Mengkoordinasikan,  dan Mengendalikan berbagai kegiatan dalam mewujudkan tujuan Pendidikan Kebutuhan Khusus.

Fungsi Manajemen Sistem PKKh adalah:
1.    Membuat Keputusan ( Decision Making ) PKKh:
o  Keputusan (decision) adalah proses memilih tindakan tertentu antara sejumlah    tindakan alternatif yang  mungkin ( Oteng Sutisna, 1983, 149).
o  Memilih tindakan didasari pertimbangan, gagasan, maupun informasi yang ada dan akurat.Dasar Pengambilan Keputusan ialah Paradigma yang dianut, situasi  yang ada, dan kondisi yang mungkin. Alur Decision Making ialah:
1.    Menentukan masalah yang berhubungan dengan PKKh 
2.    Menganalisis situasi berbagai alternatif  kemungkinan
3.    Mengembangkan alternatif-alternatif kemungkinan,
4.    Menganalisis alternatif-alternatif kemungkinan,
5.    Memilih alternatif yang paling mungkin.
2.    Merencanakan ( Planning) PKKh:
o  Merencanakan adalah kegiatan Merumuskan Tujuan, Merumuskan Teknik-                     teknik dan Persiapan untuk mengantisipasi tindakan-tindakan apa yang akan                alam pelaksanaan Pendidikan Kebutuhan Khusus.
o   Unsur-unsur Perencanaan PKKh ialah:
-       Kegiatan bertahap, berkesinambungan dan terus menerus
-       Kegiatan yang dipersiapkan  harus  saling mendukung
-       Merumuskan tujuan dan tindakan yg akan dilakukan.
-       Memerlukan prediksi, apa  yang akan terjadi kemudian.
-       Optimalisasi perhitungan, menghindarkan kegagalan.
o        Sifat-sifat perencanaan:
-       Dapat diterima semua pihak ( adopted)
-       Fleksibel untuk mengantisipasi kemungkinan
-       Scientific berbasis perhitungan rasional
o        Aktivitas Merencanakan PKKh ialah:
-       Pra rencana/Inisiasi
-       Merumuskan rencana
-       Perincian rencana
-       Implementasi rencana
-       Evaluasi rencana
-       Revisi dan Re-planning.

3.    Mengorganisasikan ( Organizing ) PKKh:
o  Mengorganisasikan ialah kegiatan dlm menyusun struktur dan membentuk hubungan-hubungan agar diperoleh kesesuaian  dalam usaha untuk mewujudkan tujuan yang telah dirumuskan dan dikehendaki bersama.( Oteng Sutisna, 1983)
o  Mengorganisasikan adalah keseluruhan kegiatan dari proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk dapat mencapai suatu organisasi yang dapat digerakkan dalam suatu kesatuan untuk pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. (Sondang P.Siagian, 1983).
o  Unsur – unsur Organizing PKKh ialah:
o  Adanya tujuan yang hendak dicapai
o  Adanya kekuasaan dan kewenangan
o  Tanggung jawab terhadap kesatuan semua anggota
o  Pengetahuan, Keterampilan, kompetensi anggotanya
4.         Mengangkat Staf ( Staffing ) PKKh:
o   Staffing dalam rangka PKKh ialah proses penyediaan tenaga kerja yang dibutuhkan oleh organisasi, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
o   Staffing menjadi sangat penting, karena jabatan-jabatan yang telah ditetapkan dalam struktur dapat diisi dengan orang-orang yang sesuai, melalui penarikan, pemilihan, penempatan, pelatihan, pengembangan dan dikendalikan dengan cara yang tepat dan efektif.
o   Staffing menjadi sangat penting karena menyangkut sumber daya manusia sebagai factor penentu segala kegiatan dalam rangka mencapai tujuan. (William Ouchi, dalam teori Z)  
Kegiatan Staffing dalam PKKh, ialah:
1. Perencanaan Staf, meliputi kegiatan:
           a. Peramalan sumber tenaga kerja,
           b. Analisis Jabatan,
           c. Penyusunan kebijakan dan program
           2. Pelaksanaan meliputi:
        a. Penentuan sumber tenaga kerja,
        b. Seleksi
        c. Orientasi dan penempatan,
        d. Pengembangan.

         3. Pengembangan, meliputi:
        a. Akuntansi sumber daya manusia,
        b. Penilaian prestasi,
        c. Informasi Sumber daya manusia,
        d. Evaluasi program staffing.
5.         Mengarahkan Staf ( Directing ) PKKh:
o   Tindakan pengarahan dalam implementasi PKKh sangat diperlukan. Melalui pengarahan ini, staf diharapkan menjadi lebih produktif sehingga tujuan organisasi lebih c epat tercapai, dikarenakan mereka telah diberi dorongan oleh pemimpin baik dalam hal kemampuannya maupun dalam hal motivasinya.
o   Pengarahan merupakan usaha mendorong bawahan dalam mencapai tujuan implementasi PKKh.( Reinecke & Schoell, 1980)
o   Kunci sukses pengarahan ialah bila pemimpin itu mampu memahami manusia, khususnya para staf. Bahwa setiap orang memiliki sifat, harga diri, motivasi, dan kepentingan  yang berbeda satu dengan lainnya, sehingga dalam berkomunikasi mereka harus memperhatikan hal-hal tersebut.
o   Setiap pemimpin sebaiknya memperhatikan perkembangan teori yang berkaitan dengan hubungan antar manusia, yaitu: Pendekatan Klasik, Pendekatan Hubungan Manusia, dan Pendekatan Perilaku (Sumber daya manusia).
6.         Mengkomunikasikan (Communication) PKKh:
  • Mengkomunikasikan berarti menyalurkan informasi, ide, penjelasan, perasaan, pertanyaan dari orang yang satu kepada orang yang lain, atau dari kelompok yang satu kepada kelompok yang lain.
  • Mengkomunikasikan bertujuan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku para anggota organisasi secara sendiri-sendiri atau secara berkelompok.
  • Materi yang dikomunikasikan: Tujuan, Mekanisme kerja Organisasi, Kode etik, Policy, Regulation, Tugas dan fungsi, struktur organisasi, pengembangan karier, dsb.
  • Komunikasi efektif bila:
(1)     Adanya sumber informasi
(2)     Adanya misi dan tujuan yg akan dicapai,
(3)     Adanya isi informasi yg menyentuh,
(4)     Adanya saluran informasi,
(5)     Adanya respond an umpan balik.
7.         Mengkoordinasikan (Coordination) PKKh:
  • Mengkoordinasikan adalah serangkaian kegiatan untuk mempersatukan sumbangan dan saran dari semua staf, serta bahan dan sumber-sumber lain yg terdapat dalam instansi kearah pencapaian tujuan  PKKh yang telah ditetapkan bersama.
  • Fungsi koordinasi untuk mempersatukan unit-unit dan menciptakan setiap unit itu untuk saling melengkapi dan mendukung unit yang lainnya.
  • Unsur-unsur Koordinasi:
                        (1)          Adanya seorang coordinator
                        (2)          Adanya unit atau orang yg dikoordinasikan
                        (3)          Adanya understanding dari berbagai pihak 
8.    Mengawasi (Controlling) PKKh:
o    Pengawasan adalah proses fungsi dan prinsip manajemen untuk melihat apa yang terjadi sesuai dengan apa yang semestinya terjadi.
o    Pengawasan adalah fungsi manajemen untuk memastikan bahwa apa yang dikerjakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya.
o    Perlunya Pengawasan karena:
-        Tujuan individu kadang tidak sejalan dg tujuan Org.
-        Adanya kemungkinan penyimpangan
o    Tindakan Pengawasan Meliputi:
-        Mengukur kegiatan yg sedang dilaksanakan
-        Membandingkan standar dengan kenyataan
-        Memperbaiki penyimpangan dg tindakan perbaikan
9.    Menilai ( Evaluation ) PKKh:
o    Penilaian merupakan seperangkat kegiatan yg dapat menentukan baik tidaknya program-program atau kegiatan-kegiatan PKKh yang sedang dijalankan untuk mencapai tujuan yg telah ditetapkan.
o    Kegunaan Evaluation:
o    Untuk mendapat masukan sebagai bahan pertimbangan
o    Untuk Mendukung efektifitas dan efisiensi kerja
o    Untuk Memperoleh fakta ttg kesukaran dan menghindari situasi yg tidak kondusif
o    Untuk meningkatkan dukungan pihak-pihak  yang berkepentingan dengan pendidikan.
Prinsip Evaluation:
(1). Komprehensif
(2). Kooperatif
(3). Ekonomis (efektif dan efisien).
(4). Feed Back

b.    Di dalam mewujudkan fungsi manajemen sistem PKKh tersebut kemampuan Manajerial sangat dominan, Mengapa?
Sebab tata kelola manajerial berhadapan dengan beberapa dimensi-dimensi paradigma yang ada. Dimensi peserta didik, guru, lembaga sekolah dan masyarakat dalam memandang pendidikan kebutuhan khusus. Setiap orang menyadari dan manjalani perbedaan yang ada , namun tidak banyak orang yang mampu memaknainya. Sudut pandang perbedaan pada anak didik dalam konteks ketidakkemampuan dan keterbatasannya. Kita memilih kotak dengan label “normal” dan mengelompokkan pada label tersebut dalam sejarah yang panjang. Perbedaan pada dimensi tata kelola sumberdaya insani mendorong setiap orang hidup kompetisi dalam konteks keunggulan dalam berpikir namun belum menyeimbangkan kemuliaan dan martabat kemanusian, sehingga keunikan dalam kelompok khususnya pada kemampuan kognitif yang lebih rendah selalu diletakkan pada strata bawahnya. Kehadiran anak berkebutuhan khusus dianggap menjadi beban bagi lingkungan sekitarnya, daya terima kehadiran mereka belum dilihat dari sisi pendidikan. Kolaborasi antar pihak menggunakan konsep untung dan rugi dalam kerangka bisnis, sehingga ukuran dari tujuannnya adalah profit bukan benefit. Mentata kelola unsur-unsur dalam layanan bagi pengembangan pendidikan kebutuhan khusus memerlukan manajerial dominan yang mampu dalam kesantunan budaya diversity , ideologi serta keyakinan nilai-nilai inklusifitas. Membangun atmosfir empati dan simpati dalam merespon dan melayani anak berkebutuhan khusus.

c.    Manajer seperti apa yang menurut Saudara diperlukan pada saat ini agar Pendidikan Kebutuhan Khusus dapat efektif?

Agar PKKh ini efektif maka model manajer yang dibutuhkan adalah manajer yang membuka wawasan dan kesadaran setiap orang akan makna kehadadiran aanak berkebutuhan khusus. Proaktif dalam mengembangkan layanan berkualitas bagi anak berkebutuhan khusus. Selanjutnya mampu menata kelola sekolah luar biasa dan sekolah inklusif  dalam menghadapai budaya dalam kehidupan keberagaman. Manajer yang mampu memengaruhi para guru dalam memberikan layanan berupa identifikasi , asesmen dan layananan ABK baik dalam settimg kelompok ataupun individu.  Manjer yang memahami konsep leadership . Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan yang berarti) terhadap usaha kolektif dan yang dapat mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran.
Kemampuan kepemimpinan (Leadership Competence)
1.         Menyusun konsepsi : visi, misi, strategi
2.         Mengamati apa yang terjadi : di lembaganya
3.         Mewawancarai : intern/ekstern
4.         Mendengar secara aktif
5.         Menyatakan : pikiran /pendapat (kecerdasan pikiran)
6.         Menanggapi : pendapat/pikiran/perasaan orang lain
7.         Partisipasi : dalam berbagai event
8.         Bekerjasama (team work)
9.         Memberi kemudahan kpd orang lain : atasan, rekan, sejawat, staf, bawahan, masyarakat
10.     Melaporkan : berbagai program/kegiatan/peristiwa


2.             a. Coba Anda buat bagan kerangka berpikir secara holistik mulai dari tatanan filosofi, hukum dan kebijakan, sampai ke tatanan  implementasi pendidikan kebutuhan khusus, lengkap dengan berbagai kekuatan, kelemahan,   peluang dan tantangan yang dihadapi oleh sekolah- sekolah di Indonesia  dan beri keterangan seper

Implementasi pendidikan inklusif sangat tergantung pada sikap, pengetahuan, fleksibilitas dan kemampuan kreatif untuk memecahkan masalah dan mendesentralisasikan pengambilan keputusan hingga kepada individu guru, orang tua dan anak berkebutuhan khusus. Kerjasama kemitraan pada berbagai level akan sangat penting. Pentingnya anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas  telah dikemukakan dalam perundang-undangan dan peraturan-peraturan yang mendasarinya di level nasional sudah kuat dan jelas dari Departemen Pendidikan Nasional. Kerjasama antara guru-guru di Sekolah Luar Biasa dan guru-guru di sekolah biasa/sekolah regular atau guru mata pelajaran juga diperlukan dalam upaya meningkatkan pembelajaran anak. Kerjasama antara guru dan orang tua serta kerjasama orang tua di antara para orang tua itu sendiri akan memperkaya semua yang terlibat serta akan menjamin pendidikan inklusif yang lebih baik lagi dan lebih bermakna. Kerjasama dengan masyarakat seperti tokoh-tokoh masyarakat, organisasi-organisasi penyandang cacat, organisasi-organisasi sosial lainnya, dalam berbagai bidang sangat diperlukan dan akan  memberikan pengayaan dalam implementasi pendidikan inklusif. Masyarakat (orang tua, anggota keluarga yang lain, atau semua orang yang tinggal di lingkungan sekolah) akan memberikan kontribusi penting terhadap pembelajaran anak berkebutuhan khusus dalam satu lingkungan yang inklusif dan ramah terhadap pembelajaran (LIRP).  Sekolah akan menjadi sekolah ramah anak (SRA). Sekolah perlu menciptakan lingkungan belajar bagi semua anak yaitu lingkungan yang ramah anak, orang tua dan anggota masyarakat perlu bekerjasama untuk mengimplementasikannya. Mayarakat merupakan konteks menyeluruh, termasuk anak berkebutuhan khusus hidup dan belajar, dan menerapkan apa-apa yang telah diajarkan di sekolah. Keterlibatan keluarga, tokoh masyarakat dan anggota masyarakat lainnya sangat penting dalam implementasi pendidikan inklusif.

Manajemen di samping merupakan proses dan fungsi juga sebagai alat, yaitu alat untuk memecahkan masalah organisasi. Implementasi Pendidikan Inklusif di Jawa Barat masih banyak menghadapi kendala.
Coba pergunakan pendekatan ”4 S”, untuk memecahkan masalah tersebut. (Strategi, Struktur, Sistem dan SDM.)
     
      Pembahasan :










Speed



    


     Pemecahan masalah organisasi khususnya dalam implementasi Pendidikan Inklusif dapat   
     dipecahkan dengan pendekatan sebagai berikut :

Strategi
Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu.
Di dalam strategi yang handal melibatkan sebuah team THINK-THAK, yaitu team yang mampu mendesain rekayasa soasial dalam konsep-konsep yang akan diimplemntasikan. Sedangkan yang tak kalah pentingnya adalah team pendobrak, atau team pengembang dan pengkondisi inovasi. Selain sebagai corong komunikasi team ini bertugas mempengaruhi masa dalam adaptasi rencana-rencana strategik. Team ini secara tegas akan mengusung dan mengkondisikan tiga posisi alternative yaitu :
1.      Pendidikan Inklusif yang the first ( piloting )
2.      Pendidikan Inklusif yang the best ( terbaik dari yang ada )
3.      Pendidikan inklusif yang the different ( berbeda yang memiliki cirri khas dari sekolah lainnya ).
Team ini akan bekerja dalam menganlisis posisi awal misalnya dengan menggunakan analisis posisi, misalnya Analisis SWOT (Strengh, Weakness, Opportunity, Threat).Strengh (kekuatan), Weakness, (kelemahan), merupakan faktor internal dari organisasi kita, sedangkan opportunity (peluang) dan Threat (ancaman) adalah faktor eksternal yang ada di lingkungan.
Ketika kita sudah mengetahui apa yang kita miliki dan kelemahan kita, maka kita dapat menentukan alternative strategi yang melihat dari peluang serta ancaman dari lingkungan sekitar, adapun dalam penentuannya akan menemukan beberapa alternative – alternative strategi yang disesuaikan dengan visi dan misi organisasi kita.
Dengan manajemen strategi diharapkan strategi benar-benar dapat dikelola sehingga strategi dapat diimplementasikan untuk mewarnai dan mengintegrasikan semua keputusan dan tindakan dalam organisasi rincian tahapan kegiatan untuk menjalankan strategi adalah sebagai berikut:
1.      Perumusan strategi.
Perumusan strategi adalah proses memilih tindakan utama (strategi) untuk mewujudkan misi organisasi. Proses mengambil keputusan untuk menetapkan strategi seolah-olah merupakan konsekuensi mulai dari penetapan visi-misi, sampai terealisasinya program.
2.      Perencanaan tindakan.
Langkah pertama untuk mengimplementasikan strategi yang telah ditetapkan adalah pembuat perencanaan strategi. Inti dari apa yang ingin dilakukan pada tahapan ini adalah bagaimana membuat rencana pencapaian (sasaran) dan rencana kegiatan (program dan anggaran) yang benar-benar sesuai dengan arahan (visi, misi, goal) dan strategi yang telah ditetapkan organisasi.
3.      Implementasi.
Untuk menjamin keberhasilan strategi yang telah berhasil dirumuskan harus diwujudkan dalam tindakan implementasi yang cermat. Strategi dan unsur-unsur organisasi yang lain harus sesuai, strategi harus tercermati pada rancangan struktur budaya organisasi, kepemimpinan dan sistem pengelolaan sumber daya manusia. Karena strategi diimplementasikan dalam suatu lingkungan yang terus berubah, maka implementasi yang sukses menuntut pengendalian dan evaluasi pelaksanaan. Sehingga jika diperlukan dapat dilakukan tindakan-tindakan perbaikan yang tepat.
Selanjutnya kegiatan tersebut akan memasuksi siklus Planning , Continuing dan Improving. Perencanaan yang berkelanjutan dan terus melakukan perbaikan merespon perubahan sosial. Siklus tersebut menjadi melembaga sebagai budaya yang biasa dilakukan. Sehingga setiap komponen organisasi lambat-lain melakukan perubahan dalam hal cara berpikir, tindakan, kebiasaan, penampilan, nilai dan keyakinan, norma serta interaksi dan komunikasi.

Struktur
Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan.
Struktur dalam pelaksana pendidikan inklusif menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam struktur organisasi pendidikan inklusif yang baik harus menjelaskan hubungan otoritas dan kewewenangan komponen organisasi, siapa mengerjakan apa dan siapa melapor kepada siapa.
Sedikitnya terdapat Lima elemen dalam struktur organisasi dalam pendidikan inklusif, yaitu:
1)      Adanya spesialisasi kegiatan kerja, yaitu struktur dalam organisasi pendidikan inklusif terdapat spesialisasi kegiatan kerja. Hal ini bertujuan, agar kegiatan kerja dalam sebuah organisasi tidak tercampur dengan kegiatan lain. Jadi, masing-masing kelompok kerja mempunyai tugas dan fungsi masing-masing.
2)      Departementalisasi, elemen struktur organisasi dalam pendidikan inklusif sebagian dasar yang digunakan untuk mengelompokkan pekerjaan secara bersama-sama.
3)      Rantai Komando, Elemen struktur organisasi ini merupakan garis berwenang yang membentang dari puncak organisasi ke paling bawah.
4)      Rentang Kendali, Elemen struktur organisasi dalam pendidikan inklusif ini, menunjukkan jumlah bawahan yang dapat diarahkan oleh seorang manager secara efesien dan efektif
5)      Sentralisasi dan Desentralisasi, Sentralisasi mengacu pada sejauh mana tingkatan pengambilan keputusan terkonsentrasi pada satu titik di dalam organisasi pendidikan inklusif. Sementara desentraliasasi merupakan lawan dari sentraliasi.
Formalisasi, komponen struktur ini menjelaskan sejauhmana pekerjaan-pekerjaan didalam organiasi pendidikan inklusif dibakukan.

Sistem
Sistem adalah sekumpulan unsur atau elemen dalam sebuah organiasi yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai suatu tujuan. Didalam sebuah system terdapat sub-sistem.subsistem adalah Sistem didalam suatu system dimana sistem berada pada lebih dari satu tingkat.
Syarat-syarat system dalam pendidikan inklusif, adalah :
1)      Sistem harus dibentuk untuk menyelesaikan masalah.
Sistem yang adopsi oleh organisasi dalam pendidikan inklusif, salahsatunya betujuan untuk memecahkan masalah, sebagai implikasi dari pelaksanaan pendidikan inklusif. Sistem ini harus dijalankan secara konsisten oleh anggota organisasi.
2)      Elemen sistem harus mempunyai rencana yang ditetapkan.
Dalam elemen system dalam organisasi pendidikan inklusif harus direncanakan dengan semua anggota organisasi tanpa terkecuali. Perencaan ini harus mempertimbangkan faktor sumber daya alam dan sumber daya manusia, sehingga dapat elemen dari system ini dapat direncanakan dengan baik.
3)      Adanya hubungan diantara elemen sistem. Dalam setiap elemen system pendidikan inklusif, harus saling berhubungan. Hal ini bertujuan agar masalah-masalah yang dihadapi sebuah elemen system yang lain dapat dipecahkan secara bersama-sama.

Tujuan organisasi lebih penting dari pada tujuan elemen. Elemen dalam system pendidikan inklusif, harus mengedepankan kepentiangan organisasi bukan kepentingan elemen system. Karena pada dasarnya system dirumuskan bertujuan untuk mencapai tujuan dari organisasi pendidikan inklusif.

Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia (SDM) adalah manusia yang bekerja dilingkungan suatu organisasi dengan potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi dalam mewujudkan eksistensinya  Dalam pendidikan inklusif, sumber daya manusia adalah sosok penentu jalanya proses pendidikan inklusif disekolah. Olehnya itu, sumber daya manusia dalam manajemen pendidikan inklusif harus dikelola dengan baik. Adapaun fungsi dari pada manajemen sumber daya manusia dalam pendidikan inklusif, adalah:
1)      Perencanaan. Perencanaan (human resources planning) adalah merencanakan pegawai secara efektif serta efisien agar sesuai dengan kebutuhan organisasi dalam membantu mewujudkan tujuan tersebut.
2)      Pengorganisasian. Pengorganisasian (organizing) adalah kegiatan untuk mengorganisasisemua pegawai dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja,delegasi wewenang, integrasi dan koordinasi dalam bagan organisasi(organization chart).
3)      Pengarahan. Pengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan semua pegawaiagar mau bekerjasama secara efektif dan efisien dalam membantutercapainya tujuan organisasi, pegawai maupun masyarakat.
4)      Pengendalian. Pengendalian (controling) adalah kegiatan mengendalikan semuapegawai agar mentaati peraturan-peraturan organisasi dan bekerjasesuai rencana. Apabila terdapat penyimpangan atau kesalahan,diadakan tindakan perbaikan dan penyempurnaan rencana.
5)      Pengadaan. Pengadaan (procurement) adalah proses penarikan, seleksi,penempatan, orientasi dan induksi untuk mendapatkan pegawai yangsesuai dengan kebutuhan organisasi. Pengadaan yang baik akanmembantu terwujudnya tujuan organisasi.
6)      Pengembangan. Pengembangan (development) adalah proses peningkatan keterampilanteoritis, konseptual dan moral pekerja melalui pendidikan danpelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus sesuaidengan kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa depan.
7)      Kompensasi. Kompensasi (compensation) adalah kegiatan balas jasa secaralangsung maupun tidak langsung, uang atau barang kepada pegawaisebagai imbalan balas jasa atas kontribusinya bagi aktivitas organisasi.Prinsip kompensasi adalah adil dan layak. Adil diartikan sesuai denganprestasi kerjanya, layak diartikan dapat memenuhi kebutuhanprimernya serta berpedoman pada batas upah minimum pemerintahdan berdasarkan internal dan eksternal konsistensi.
8)      Pengintegrasian. Pengintegrasian (integration) adalah kegiatan mempersatukankepentingan organisasi dan kebutuhan pegawai, agar terciptakerjasama yang serasi dan saling menguntungkan.
9)      Pemeliharaan. Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara ataumeningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas pegawai agar merekamau tetap bekerjasama sampai pensiun. Pemeliharaan yang baikdilakukan dengan program kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhansebagian besar pegawai serta berpedoman kepada internal daneksternal konsistensi.
10)  Kedisiplinan. Kedisiplinan (dicipline) merupakan fungsi manajemen sumberdayamanusia yang terpenting dan kunci terwujudnya tujuan organisasi,karena tanpa disiplin yang baik sulit terwujud tujuan yang maksimal.Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk mentaatiperaturan-peraturan yang ada di organisasi dalam hal ini sekolah dannorma-norma sosial.
11)  Pemberhentian.Pemberhentian (separation) adalah putusnya hubungan kerja seseorangdari suatu organisasi. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginanpegawai, keinginan organisasi, kontrak kerja berakhir, pensiun dansebab-sebab lainnya.

 
Data yang sering dikemukakan oleh Dinas Pendidikan Jawa Barat tentang pemerataan memperoleh layanan pendidikan bagi ABK masih sangat rendah, masih di bawah 40 %. Coba Sdr. telaah apa sebabnya dan bagaimana strategi yang tepat sebagai solusi terbaik memecahkan maslah tersebut.
Penyebab timbulnya masalah dalam pelaksanaan pendidikan inklusif berdasarkan dikemukakan oleh DINAS Pendidikan Jawa Barat tentang pemerataan memperoleh layanan pendidikan bagi ABK sangat rendah masih dibawah 40 % adalah:


Secara garis besar penyebab maslah tersebut dikelompokkan kepada :
1.      Pemahaman dan ideologi
a.       Orang tua Anak Berkebuthan Khusus
Siapapun tentunya belum ikhlas manakala putra-putrinya dinyatakan secara positif merupakan bagian dari Anak Berkebuthan Khusus, proses penerimaan dan rasa bersalah yang berlarut oleh orang tua dalam mempersepsi ABK menimbulkan masalah-masalah yang menghambat terhadap aksebilitas pendidikan bagi ABK. Rasa malu menyebabkan anak menjadi terisolasi, sehingga anak tidak mengalami stimulus dalam perkembangan secara menyeluruh dalam hal aspek-aspek kognitif, sosial emosi , motorik dan bahasa . Respon anak tidak terasah karena padanya terdapat jembatan dalam mengakses kehidupannya baik dalam konteks kemasyarakatan dan pendidikan. Hal inilah yang menghambat proses akurasi data jumlah ABK yang perlu dilayani. 
b.      Publik / Masyarakat
Pemahaman nilai-nilai inklusivitas pada masyarakat sangat beragam, mulai dari paradigma persepsi dalam mensikapi kehadiran ABK di lingkungannya. Pandangan terhadap ABK dengan pendekatan medis memberi dampak terhadap aksebilitas ABK dalam kehidupan masyarakat , mereka cenderung dianggap anak yang berpenyakit dan mereka perlu disembuhkan oleh dokter. Pandangan inilah yang melahirkan labelisasi ABK dimana sikap ektrimnya memandang iba berlebihan atau memandang mereka sebagai aib. Perkembangan nilai-nilai humaniora melahirkan masyarakat yang berpandangan holistik kepada kehadiran ABK, mereka dipetakan dalam konteks bukan medis tapi sosial. Entitas anak merupakan manusia yang terlahir dengan apa adanya dan keterbatasan ini akan melahirkan kebutuhan sehingga mereka perlu mendapatkan layananan secara khusus dalam pendidikan agar meraka dapat berkembang dengan caranya sendiri. Selain permasalahan dalam layanan pendidikan terdapat masalah dalam dunia kerja, para alumni ABK akan menjadi kaum marginal dalam mengenyam kesempatan berkiprah di dunia kerja. Pengabaian nilai inklusifitas dalam penerimaan di dunia kerja menjadi kontra produktif dalam cost capital dari persepsi pengusaha, hanya mereka yang tangguh yang dapat mensikapi prilaku indrustri terhadap kiprah ABK. Harapan ke depan nilai perusahaan menjadi lebih terhormat manakala memberi peluang yang banyak bagi para lulusan ABK dalam berkiprah pada peerusahaan-perusahaan.
c.       Sekolah
Adaptasi terhadap program pendidikan inklusif bagi skolah sangat beragam hal ini disebabkan sosialisasi yang belum utuh, sosialisasinya baru berkembang bagi komunitas tertentu. Sumber-sumber bacaan publik belum banyak diminati selain terbatasnya pembahasan dan terbatasnya ruang publik bagi isu-isu pendidikan inklusif. Bahan cetakan yang terbatas dari pemerintah pusat khususnya cetakan yang membahas pendidikan inklusif belum menjadi isu favorit bagi sekolah –sekolah yang mapan. Labelisasi SSN atau SBI selalu dikaitkan dengan pencapaian nilai-nilai akademis semata, belum pada kehebatan tata kelola dalam memberi aksebilitas diversty peserta didik. Pendidikan inklusif selalu diterjemahkan dalam konteks struktur bukan pada fungsi, sehingga sekolah akan sangat berhati-hati dalam kesiapan melaksanakan pendidikan inklusif. Daya resistensinya sangat tinggi dalam menerima dan menjalankan layanan ABK di sekolah. Walaupun ada sekolah yang mendeklarasikan sekolahnya sebagai sekolah yang melaksanakan pendidikan inklusif , sekolah tersebut masih belum memahami secara utuh tentang manajemen pendidikan kebutuhan khusus. Perjalannya cenderung dibiarkan berjalan secara almiah tanpa menginjak pada grand desain : Pola rekrutmen, pola layanan dan pola manajemen organisasi pendidikan inklusif.
d.      Pemerintah
Tata laksana pelaksanaan layanan bagi anak berkebutuhan khusus mulai dari UNESCO di tiap negara diterjemahkan dalam model yang beragam, beberapa negara yang telah melaksanakan layanan seperti di Norwegia merupakan negara yang menjadi cerminan bagi negara Indonesia. Selain itu pola lain yang menjadi siu pendidikan inklusif negara lainnya adalah negara Jepang. Pengembangan dan percepatan pelaksanaan pendidikan iklusif berkembang pesat hanya untuk beberapa sekolah saja sementara sekolah-sekolah yang telah ditunjuk dalam penyelengaraannya belum menunjukkan pola keberhasilan yang sangat signifikan, sekolah tersebut cenderung masih mencari formulasi. Peran pembinaan kepada sekolah masih terbatas baik dalam frekuensi maupun intensitasnya. Begitu besarnya support pemerintah dalam memberikan anggaran bagi pengembangan program ini mulai dari regulasi hukum yang jelas dalam layanan ABK ataupun reward khusus bagi Guru  Layanan Khusus ( bentuk tunjangan khusus ). Peran monitoring yang belum gereget kepada implementasi dan aksi tlayanan ABK di sekolah masih terbatas pada kebutuhan administratif semata. Peran Kepala Sekolah belum mengarah kepada inovasi bagi akselerasi layanan pendidikan khusus. Pengawas sekolah khususnya untuk sekolah reguler belum mendapat pembekalan yang memadai bagi pemahaman dan perumusan layanan pendidikan inklusif. Jumlahnya yang terbatas dan kapasitasnya yang belum mumpuni menyebabkan sekolah inklusi belum kepada konsep seharusnya. Guru reguler yang terbatas dalam pemahaman dan pengetahuan belum melayani dalam konteks ( identifikasi, layanan asesmen, RPI ataupun intervensi ) masih dangkal dan tidak utuh. ABK belajar belum terlayani sebagaimana mestinya.
e.       Institusi Perguruan Tinggi
Kurikulum –kurikulum PT belum memandang bahwa pendidikan inklusif sebagai mata kuliah dasar dan wajib dalam  membekali mahasiswanya untuk mengembangkan nilai inklusifitasnya.
2.      Pola Implementasi
a.       Kurangnya pemahaman kepala sekolah, guru, dan masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan inklusif.
b.      Sikap yang kurang responsif dari kepala sekolah, guru dan masayarakat dalam pelaksanaan pendidikan inklusif.
c.       Jumlah ABK didalam kelas terlalu padat, sehingga guru dan GPK kesulitan dalam melayani masing-masing kebutuhan belajar ABK.
d.      Kurangnya tenaga pendidik yang profesional yang menangani ABK dalam hal ini adalah GPK, terapis, konselor, dokter dan lain-lain
a.       Kurangnya media pembelajaran yang dikembangkan oleh sekolah dalam menyikapi kebutuhan belajar ABK
3.      Pola Supporting System
a.       Perencaan yang kurang matang dalam mengadopsi pendidikan inklusif
b.      Sarana dan Prasaran yang kurang fleksibel dalam lingkungan sekolah.
c.       Kurangnya peran serta masyarakat dalam mendukung pendidikan inklusif
e.       Support System (SLB) yang bekerja kurang maksimal dalam mendukung pelaksanaan pendidikan inklusif.

Solusi yang ditawarkan oleh penulis dengan mencermati masalah di atas, adalah sebagai berikut:
1. Pola Rerutment
            Dinas Kabupaten dan Propinsi belum memberikan panduan dalam memberi identikasi bagi sekolah reguler. Seperti yang dikemukakan oleh Sapon-Shevin O’Neil (1995) Bahwa pendidikan inklusif sebagai system layanan pendidikan yang mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di sekolah-sekolah terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman seusianya. Pada dasarnya setiap guru harus mengetahui latar belakang dan kebutuhan masing-masing peserta didik agar dapat memberikan layanan dan bantuannya dengan tepat.  ( Perbaikan sosialisasi dan pendampingan rekrutmen )
2.      Pola Layanan
            Kurikulum yang digunakan di kelas inklusif adalah kurikulum anak normal             (reguler) yang disesuaikan dengan kemampuan awal dan karakteristik siswa. Modifikasi   dapat   dilakukan dengan cara: (1) Modifikasi alokasi waktu, (2) Modifikasi isi/materi, (3) Modifikasi proses belajar-mengajar, (4) Modifikasi sarana-prasarana, (5) Modifikasi        lingkungan belajar, dan (6) Modifikasi pengelolaan kelas. Manajemen kurikulum             (program pengajaran) sekolah inklusif antara lain meliputi: (1) Modifikasi kurikulum          nasional sesuai dengan kemampuan awal dan karakteristik siswa (anak luar biasa); (2)                     Menjabarkan kalender pendidikan; (3) Menyusun jadwal pelajaran dan pembagian tugas    mengajar; (4) Mengatur pelaksanaan penyusunan program pengajaran persemester dan persiapan         pelajaran; (5) Mengatur pelaksanaan penyusunan program kurikuler dan   ekstrakurikuler; (6) Mengatur pelaksanaan penilaian; (7) Mengatur pelaksanaan kenaikan   kelas; (8) Membuat laporan kemajuan belajar siswa; (9) Mengatur usaha perbaikan dan          pengayaan pengajaran.
3.      Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran pada sekolah inklusif tidak berbeda jauh dengan proses           pembelajaran pada sekolah-sekolah lainnya. Proses pembelajaran meliputi perencanaan,            pelaksanaan, dan penilaian hasil belajar.
  1. Perencanaan pembelajaran
Perencanaan pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan mengacu                    kurikulum yang berlaku.Perencanaan pembelajaran disusun dan disesuaikan dengan buku       pedoman pembelajaran bagi ABK. Proses perencanaan meliputi kegiatan menganalisis     standar isi dan menyusun rencana pembelajaran individual serta alat evaluasinya.
  1. Pelaksanaan pembelajaran
Proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan karakteristik belajar peserta didik.            Sistem pelaksanaannya mengacu pada buku pedoman pembelajaran bagi ABK.
  1. Penilaian hasil pembelajaran
Penilaian meliputi pengukuran terhadap pemahami kompetensi dasar dengan                      menggunakan bentuk penilaian yang sesuai untuk mengukur Kompetensi dasar tersebut.   Rincian kegiatan yang berkaitan dengan penilaian antara lain menyusun kisi-kisi soal, menyusun soal (bentuk penilaian) yang disesuaikan dengan kaidah-kaidah yang ada,         menelaah dan merevisi soal, melaksanakan penilaian dengan menggunakan soal yang             telah dikembangkan, menggunakan hasil penilaian untuk umpan balik, dan menggunakan hasil penilaian untuk keperluan administrasi, dan pelaporan.


  1.  Pengawasan pembelajaran
Pengawasan pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh pengawas, kepala sekolah, komite   sekolah, orangtua peserta didik, dan pemangku kepentingan (stakeholder).Pengawasan           dilakukan dalam hal perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran di     kelas dan pelaksanaan penilaiannya, serta proses penyusunan laporan pembelajarannya.
e.       Proses Penilaian
Penilaian dalam setting pendidikan inklusif mengacu pada model pengembangan   kurikulum yang dipergunakan, yaitu:
1)      Apabila anak berkebutuhan khusus mengikuti kurikulum umum yang berlaku untuk peserta didik pada umumnya di sekolah, maka penilaiannya menggunakan sistem penilaian yang berlaku pada sekolah tersebut.
2)      Apabila anak berkebutuhan khusus mengikuti kurikulum modifikasi, maka menggunakan sistem penilaian yang dimodifikasi sesuai dengan kurikulum yang dipergunakan.
3)      Apabila anak berkebutuhan khusus mengikuti kurikulum program pembelajaran individualisasi (PPI), maka penilaiannya bersifat individual dan didasarkan pada kemampuan dasar (baseline) yang dimiliki oleh setiap ABK















Soal 3
Resource Centre disiapkan dalam rangka implementasi pendidikan inklusif di sekolah reguler. Namun keberhasilan fungsi dan peran RC ini sangat tergantung kepada manajerial pimpinan RC tersebut. Burt Nanus dalam buku The Leader’s  edge, The Seven Kays to Leadership in a Turbulent World, mengemukakan ada tujuh mega skills of Leadership, sbb: (1) Guiding vision, (2) Management of Change, (3) Organization design, (4) Anticipatory Learning, (5) Inisiative, (6) Interdependent Skills, dan (7) Integrity Standard. Coba anda jelaskan sejelas-jelasnya tiga dari ketujuh  kecakapan pemimpin tersebut? (anda boleh memilih yang paling anda kuasai).
Pembahasan :

            Andapun mengetahui The Skills of Rosululloh SAW Leadership yang dapat anda terapkan dalam pengembangan pendidikan Inklusif di sekolah anda, coba anda sebutkan dan jelaskan kepemimpinan Rosululloh tsb.
 Sebagai gambaran bahwa pada diri Muhammad SAW ditemukan berbagai karakter pemimpin yang dirumuskan oleh para guru leadership.berikut beberapa teori kepemimpinan dan aplikasinya pada kepemimpinan Rasulullah SAW:
1)      Visioner (Guiding Vision), mempunyai ide yang jelas tentang apa yang diinginkan. Secara profesional atau pribadi dan punya kekuatan untuk bertahan ketika mengalami kemunduran atau kegagalan.Dalam diri Muhammad SAW, beliau sering memberikan berita gembira mengenai kemenangan dan keberhasilan yang akan diraih oleh pengikutnya di kemudian hari. Visi yang jelas ini mampu membuat para sahabat untuk tetap sabar dan tabah meskipun perjuangan dan rintanganbegitu berat.
2)      Kemauan Kuat (Passion), mencintai apa yang dikerjakan dan mempunyai kesungguhan yang luar biasa dalam menjalani hidup, dikombinasikan dengan kesungguhan dalam bekerja, menjalani profesi dan bertindak.Dalam diri Muhammad SAW, berbagai cara yang dilakukan musuh-musuhnya untuk menghentikan perjuangan tidak pernah berhasil. Beliau tetap tabah, sabar dan sungguh-sungguh.
3)      Integritas (Intergrity), integritas anda diperoleh dari pengetahuan sendiri dan kedewasaan. Tahu kekuatan dan kelemahan sendiri, teguh memegang prinsip dan belajar dari pengalaman begaimana belajar dari dan bekerja dengan orang lain.Dalam diri Muhammad SAW, dikenal memiliki integritas yang tinggi, berkomitmen terhadap apa yang dikatakan dan diputuskannya dan mampu membangung tim yang tangguh seperti terbukti dalam berbagai ekspedisi militer.
4)      Amanah (Trust), memperoleh kepercayaan dari orang lain.Dalam diri Muhammad SAW, belliau dikenal sebagai orang yang sangat terpercaya (Al-Amin) dan ini diakui oleh musuh-musuhnya seperti Abu Sufyan ketika ditanya Hiraklius (Kaisar Romawi) tentang prilaku Muhammad SAW.
5)      Rasa Ingin Tahu (Curiosity), ingin tahu segala hal dan ingin belajar sebanyak mungkin.Dalam diri Muhammad SAW, wahyu pertama yang diturunkan adalah perintah untuk belajar (Iqra').
6)      Berani (Courage), berani mengambil resiko, bereksperimen dan mencoba hal-hal baru.Dalam diri Muhammad SAW, kesanggupan memikul tugas kerasulan dengan segala resiko adalah keberanian yang luar biasa.






Kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh Pola Minngu Zoom Meeting Di SMPN 1 Baleendah

  Kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh Pola Minngu Zoom Meeting Di SMPN 1 Baleendah Oleh Endang Setia Permana SMP Negeri 1 Baleendah   T...