Selasa, 04 Juni 2019

Perjalan kecil menuju tempat kerja

Semenjak riuh pinger print di-gong-kan , walaupun tempat kerja kami mengenalnya lebih awal , dulu sebelum beberapa tahun ke belakang tidak aneh. Dalih yg disampaikan saat itu di komitmen tempat kerja kami baru sebatas " berlatih", " bukti otentik hadir" yg hanya meminta kesadaran . Saat itu hanya melihat hari tanpa memperhatikan jam datang atau pulang. namun tak sedikit beberapa rekan berkomitmen bahwa kehadiran adalah bagian etos kerja yg perlu dibangun melalui konsistensi 06.45 hingga 14.00. Beberapa rekan ada yg lupa atau tak acuh. Namun ada juga yg berkesulitan karena divicenya tak mampu mendetak biometri jari karena bawaan, kulit jari yg sensitif atau rusak karena kegiatan sehari.

Sekarang tidak bisa tawar menawar pokoknya 07.00 hingga 15.00 kita kita harus teregister datang atau pulang. Akan sangat bergantung institusi bagaimana membangun aturan atau budaya kinerja karenanya. Bisa kebijakan top down melalui program2 smart berbasis lokal dan kearifan atau usulan alamiah buttom up pembudayaan, semua berproses dan belajar dari pengalaman.

Namun yang menarik bagaimana pukul 07.00 teng dikejar dari setiap hunian para pekerja , ada ruang titik awal dan titik akhir tujuan. Dari rumah ke tempat kerja dengan perhitungan kecepafan berapa yg alan digunakan , entah kendaraan pribadi atau umum. 

Keunikan perjalanan menuju tempat kerja sepanjang jalan jala kita temui secara rutinitas melalui kesadaran atau tak acuhkan. Pilihanya berbeda sesuai pribadi masing-masing. Ada spot dan personal terperhatikan , misalnya saja jembatan menuju pintu gerbang komplek kami. Pagi sekali setidaknya ada pak pengamen tua berbekal ukulele usia 60-an menggenjrengkan dan duduk di bahu jalan jembatan entah jam berapa akan beroperasi atau ke daerah mana hari ini akan dituju. Sebelah sananya jalan menurun kurang 10 meter telah duduk sepasang suami istri di bahu jalan menuju gerbang komplek , sang suami yang buta didampingi istri bermasker menggelar alas duduk bersila dan bersimpuh mengharap rasa kasih dari para warga yg melewatinya. Entah sampai kapan dilakukan dan dari mana ia datang. Di mulut gerbang dua orang paruh baya yg satu memakai rompi hijau muda terang bermodalkan peluit dan gerakan tangan mengatur laju lalu lintas kendaraan keluar masuk komplek. Disampingnya sang bapak tua berpatner satu dikanan satu dikiri membagi mulut gerbang selbar kurang lebih 10 meter. 

Setelah lewati SPBU yang tepat di simpang tiga beberapa meter menuju perjalanan ke tempat kerja ada yg selalu berdiri di tengah jalan jalan berbekal kain kenutup mulut dikirinya dipegang rambu sebrang dan peluit di mulut dibunyikan mengatur para siswa menyebrang atau orang tua pengantar anaknya demikian para gurunya baik yg searah atau sebaliknya. Ia akan selalu ada memberi layanan dan bekerja sebelum jam 7.00 karena mungkin jam tersebut anak pelajar sudah reda dan ada di sekolah sd tersebut. Satu belokan yg ramai menuju jalan ciparay/majalaya atau banjaran bandung sang pengatur jalan menjaga keruti annya mengatur mobil motor yang belok baik menuju bandung atau banjaran.

  1. Semua para pekerja yg rutin dan hadir sebagai bagian kehidupan yang tak terikat gaji pemerintah namun bersandar pada rizki Tuhannya. Mungkin saja tak pedulikan pinger print yg memiliki kadar kepatuhan atau bahkan kemirisan. Semoga kita bersyukur karenanya perjalanan dari rumah menuju tempat kerja sebagai bagian mengabdi pada negeri beribadah pada Tuhan.

     Baleendah, 4 Juni 2019.

Kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh Pola Minngu Zoom Meeting Di SMPN 1 Baleendah

  Kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh Pola Minngu Zoom Meeting Di SMPN 1 Baleendah Oleh Endang Setia Permana SMP Negeri 1 Baleendah   T...