Semuanya berawal dari kebiasaan perasaan bosan dan mudah jenuh yang dirasakan buah hatiku, dan ini menjadi bagian dari spectrum autism yang dialami putra kami. Sejak mulai bisa berjalan usia 2 tahun petualangannya telah dimulai. Buah hatiku selalu ingin main keluar kapanpun dia mau, tidak mengenal waktu. Saat itu Buah Hatiku selau mencari masjid dia menyukai kubah yg menjadi ciri khas bangunan masjid. Sampai-sampai sekampung dijelajahinya, dimana setiap ada masjid atau mushola selalu didatangi hanya untuk main dan melihat kubahnya saja.
Seiring
bertambahnya usia petualangannyapun beralih. Saat itu dia menyukai sesuatu tempat
yang terlihat luas, berupa pemandangan atau pelataran seperti pesawahan yang
menghampar. Jika sudah muncul hasrat mengngunjingi maka tidak bisa dilarang
walaupun tempatnya jauh dari tempat tinggal kami, sehingga kalau kami sedang
lengah dia akan pergi begitu saja, itulah kondisi dimana kesabaran kami orang
tua diuji.
Masih tentang petualangan, yang pertama
masjid selanjutnya pemandangan luas dan kali ini Buah Hatiku suka melihat
kanopi, dimana ada kanopi maka disitu ada Buah Hatiku entah di depan rumah
siapapun, mau jauh atau dekat pasti dia mengunjunginya. Dia sangat menyukai
kanopi berwarna biru. Kami semua sampai kelelahan saat mengasuhnya, apalagi
kakaknya yang suka bete kalo disuruh nyusulin Buah Hatiku, karena keseringan.
Dunianya
belum berhenti sampai disini setiap kali
mengikuti jadwal terapi saat itu di RS Al- Ihsan kebetulan Ruang Psikologi ada
di lantai 3 maka Buah Hatiku tidak mau naik lift maunya pakai eskalator terus
ingin bolak balik walaupun dia agak takut
dan dilakukan sampai tiba gilirannya terapi saat mendapat pangglan oleh petugas
di ruang tersebut. Hm... lumayan bikin cape dan khawatir bagi kami selaku ibunya.
Perputarannya bikin terpaku dan anak autis harus dialihkan dari keterpakuannya.
Ada momen saat itu kami nonton bersama di Jatinangor Town Square ( JATOS ) Buah Hatiku liat eskalator langsung ajah stay didekatnya dan tidak mau beranjak kemana-mana, gemes ga
sihh... kebayang kan. Dan besok-besoknya bila ada kesempatan kami lengah dia
pergi kataya “ Mau ke JATOS liat
eskalator ”..duuhh gimana ini kami lelah sangat. Buah Hatiku suka setiap
eskalator bahkan dia nanya-nanya kepada kami, “ Mah belinya dimana yah ? Terbuat
dari apa bahannya yah ? Nanti Aa ingin
pasang dirumah, boleh khan...”. " Aa dirumahnya mau pakai eskalator biar
ga cape” katanya. Sampai sekarang dia masih
menyukainya tapi keinginan tersebut bisa dikendalikan dan diarahkan. Dan masih
ada lagi cerita petualangan Buah Hatiku yang lainnya.
Kami
pikir disinilah tanggung jawab seorang ibu
sebagai “ madrosatul ula/ pendidik pertama” menjadi tuntutan yang ekstra. konsekuensinya
sepertinya kami harus lebih sigap, extra perhatian dan juga kuat lahir bathin.
Begitupun ayah yang selalu mensuport walaupun tidak bisa mengasuh full karena
ada kewajiban lain yang menjadi porsinya sebagai seorang kepala keluarga.
Karena kami merasa suka keteter dalam pengasuhan, maka kami putuskan untuk
mencari asisten rumah tangga yang membantu pekerjaan saya khususnya, jadi saya
fokus ke pengasuhan Buah Hatiku sementara urusan pekerjaan rumah ada yang
handle. Dan perjuangan kami masih harus berlanjut sampai usia 15 tahun dengan
intensitas perlahan berkurang.
Saat itu
kami selalu ada masalah dengan kunci pintu depan, ya kunci. Kenapa? karena kami selalu kelelahan mengejar Buah Hatiku ketika
pintu selalu kami kunci dan terkadang suka lupa nyimpen kunci dimana dan selalu
ketahuan sama Buah Hatiku akhirnya lolos lagi, MasyaAlloh. Kalau tidak ketemu
kunci dia keluar lewat jendela sampai-sampai semua jendela rumah kami rusak
karena sering dipakai Buah Hatiku keluar. Diapakai kawat dia juga bisa buka
dengan memakai tang, luar biasa anak ini kemaunnya keras. Padahal kami berupaya
membangun rumah cukup luas supaya ruang untuk anak-anak tidak membosankan dan
tidak sumpek. Dan puncaknya adalah saat Buah Hatiku kls 5 Sekolah Dasar. Saat
itu menjelang magrib saya sedang
mengerjakan tugas kuliah dan kunci ruang samping lupa tidak saya pegang
dan akhirnya Buah Hatikupun bisa keluar rumah, karena saat itu tanggung adzan
magrib kami shalat magrib dahulu dan setelah itu kami bagi-bagi tugas mencari Buah
Hatiku beserta saudara juga, kami memberitahukan kepada mereka dan agar membantu mencarinya. Tak habis pikir
maka kami berusaha sampai melibatkan staf kantor ayahnya juga. Tapi sampai jam
24.00 kami belum mendapat kabar juga, akhirnya kami memutuskan untuk istirahat saja
dahulu. Namun sampai pagi pun Buah
Hatiku belum ada kabarnya juga. Persaan kami mulai bercampur aduk mulai sedih,
bingung, kesel takutnya ada hal yang tidak diinginkan, tajut gimana-gimana
gitu.... karena selama ini kalau kabur
selalu tersusul atau ketemu., paling malam juga jam 21.00 sudah ada dirumah atau kadang-kadang ada yang mengantarkannya ke
rumah kami. Yang bisa kami lakukan saat itu hanya berdo'a, dan memasrahkan
semua pada yang Maha Menciptakan Buah Hatiku.
Pagi,
siang, sorepun berlalu belum ada kabar
juga sampai jam 16.30, saat itu ada tetangga yang kebetulan mau berangkat ke Ciparay
katanya menemukan Buah Hatiku di daerah Patrol Balekambang menuju Majalaya. Awalnya
Buah Hatiku tidak mau diajak pulang bareng namun karena terlihat haus dan cape
kata tetangga tersebut mengajak dia jajan ke minimarket akhirnya dia mau dan
bisa diajak pulang bareng. Alhamdulillah bisa pulang, dengan wajah yang lusuh
dan kelelahan..duuh Buah Hatiku ada-ada saja.
Kami mencoba
berkonsultasi ke psikolog tentang kebiasaan seringnya Buah Hatiku pergi
berpetualang tanpa tujuan. Analisa psikolog tersebut mengatakan bahwa Buah
Hatiku memiliki kekuatan di kaki, dia kuat berjalan jauh dan kemauannya sangat
kuat untuk mengeksplore sesuatu yangg ada diimajinasinya. Beliau menyarankan
agar Buah hatiku harus diarahkan seperti mengikuti club hiking, atau tantangan
yang berhubungan dengan kemampuannya .
Setiap
dia jenuh ingin keluar biasanya sebelumnya suka cerita " Aku mau kesini
liat ini" sebagai contoh bila
pernah melewati suatu tempat, atau berkunjung ketempat yang disukai dia akan mencoba datang kembali
kesana walaupun jauh dan harus jalan kaki..waktu itu pernah diajak ke undangan
sama ayahnya di Jatinangor BGG. Yang merupakan lapangan golf rumput hijau luas
dan Buah Hatiku suka tempat itu...alih-alih setiap ada kesempatan, kami lengah
dia ingin selalu menuju kesana berkali - kali seringkali kami menyusulnya
sampai Rancaekek, bahkan hampir Cileunyi...hujan sudah biasa kami lalui saat harus
tiba-tiba menyusul Buah Hatiku..malam bahkan subuh sekalipun.
Alhamdulillah syukur padaMu ya Rabb yang
senantiasa memberi kesehatan kepada kami, walau kadang-kadang saya merasa
futur.
Kami
selalu saling menguatkan semuanya akan segera berlalu dan perilaku Buah Hatiku
bisa lebih baik dan terarah lagi. Segala upaya yangg bisa dilakukan kami coba,
seperti terapi, konsultasi, sekolah, dan menjaga makanannya dengan ketat,
walaupun terkadang dia suka jajan diam-diam makanan yang seharusnya tidak
dikonsumsinya.
Ikhtiar
dan do’a senantiasa kami panjatkan dan biidznillah
sekarang Buah Hatiku mulai mengerti dengan berbagai impack dari perilaku yang
positif seperti apa, yang negatif seperti apa.... slowly but sure mulai bisa dirarahkan walaupun harus banyak kerja
keras lagi dan sabar kuncinya....biar hatinya lembut dan bisa memahami
keadaannya.
Untuk Buah
Hatiku memang harus mengenal aturan dengan jelas dan tegas tetapi tetap memberi
pengertian bahwa semuanya dilakukan untuk kebaikannya...kami selalu bangun kepercayaan
dirinya " kamu hebat Aa, kamu bisa yah, dan kamu sholeh “.
Kami ajarkan Buah Hatiku untuk
bertanggungjawab dengan apa yang dilakukannya, walaupun belum bisa maksimal
seperti harapan tapi ada progres nyata. Kami selalu mearik hikmah dari
pelajaran tersebut. Bagi kami “ Setiap kita diberi peran masing-masing sesuai
kapasitasnya, maka apapun perannya maksimalkan lah usahamu., lejitkan potensi
diri dengan melaksanakan amanah dengan ikhlas dan senang hati”. Kami
berkeyakinan bahwa salah satu cara kita menjemput hidayah itu adalah dengan
mengambil amanah yang baik. Jika kita diberi amanah yang baik, terimalah karena
kalau menolak atau tidak serius menunaikan amanah itu, artinya kita sedang
membuang kesempatan untuk mengupgrade diri dan menjadikan diri lebih dekat lagi
pada Allah. Amanah sekecil apapun akan terasa berat seperti membawa gunung
ketika diiringi dengan keterpaksaan dan penuh keluh kesah. Sedangkan amanah yg
berat akan terasa ringan jika diiringi dengan hati yg ikhlas dan penuh harapan.
Membersamai amanah dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan semoga segala yang
tercurah bisa menjadi catatan amal baik untuk kita .. Aamiin
“ Jika bisa jadi orangtua luarbiasa
kenapa harus biasa biasa aja” .Salam tangguh buat orang tua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar