Rabu, 12 Agustus 2020

"Buah Hatiku Sang Petualang " Oleh Siti Susanti,S.Pd

      Semuanya berawal dari  kebiasaan perasaan bosan dan mudah jenuh yang dirasakan buah hatiku, dan ini menjadi bagian dari spectrum autism yang dialami putra kami. Sejak mulai bisa berjalan usia 2 tahun petualangannya telah dimulai. Buah hatiku selalu ingin main keluar kapanpun dia mau, tidak  mengenal waktu. Saat itu Buah Hatiku selau mencari masjid dia menyukai kubah yg menjadi ciri khas bangunan masjid. Sampai-sampai sekampung dijelajahinya, dimana setiap ada masjid atau mushola selalu didatangi hanya untuk main dan melihat kubahnya saja.

     Seiring bertambahnya usia petualangannyapun beralih. Saat itu dia menyukai sesuatu tempat yang terlihat luas, berupa pemandangan atau pelataran seperti pesawahan yang menghampar. Jika sudah muncul hasrat mengngunjingi maka tidak bisa dilarang walaupun tempatnya jauh dari tempat tinggal kami, sehingga kalau kami sedang lengah dia akan pergi begitu saja, itulah kondisi dimana kesabaran kami orang tua diuji.

     Masih tentang petualangan, yang pertama masjid selanjutnya pemandangan luas dan kali ini Buah Hatiku suka melihat kanopi, dimana ada kanopi maka disitu ada Buah Hatiku entah di depan rumah siapapun, mau jauh atau dekat pasti dia mengunjunginya. Dia sangat menyukai kanopi berwarna biru. Kami semua sampai kelelahan saat mengasuhnya, apalagi kakaknya yang suka bete kalo disuruh nyusulin Buah Hatiku, karena keseringan.

     Dunianya belum berhenti  sampai disini setiap kali mengikuti jadwal terapi saat itu di RS Al- Ihsan kebetulan Ruang Psikologi ada di lantai 3 maka Buah Hatiku tidak mau naik lift maunya pakai eskalator terus ingin bolak balik  walaupun dia agak takut dan dilakukan sampai tiba gilirannya terapi saat mendapat pangglan oleh petugas di ruang tersebut. Hm... lumayan bikin cape dan khawatir bagi kami selaku ibunya. Perputarannya bikin terpaku dan anak autis harus dialihkan dari keterpakuannya. Ada momen saat itu kami nonton bersama di Jatinangor Town Square ( JATOS )  Buah Hatiku liat eskalator langsung ajah stay didekatnya  dan tidak mau beranjak kemana-mana, gemes ga sihh... kebayang kan. Dan besok-besoknya bila ada kesempatan kami lengah dia pergi kataya “ Mau ke JATOS  liat eskalator ”..duuhh gimana ini kami lelah sangat. Buah Hatiku suka setiap eskalator bahkan dia nanya-nanya kepada kami, “ Mah belinya dimana yah ? Terbuat dari apa bahannya yah ?  Nanti Aa ingin pasang dirumah, boleh khan...”. " Aa dirumahnya mau pakai eskalator biar ga cape”  katanya. Sampai sekarang dia masih menyukainya tapi keinginan tersebut bisa dikendalikan dan diarahkan. Dan masih ada lagi cerita petualangan Buah Hatiku yang lainnya.

      

        Kami pikir disinilah tanggung jawab seorang ibu  sebagai “ madrosatul ula/ pendidik pertama”  menjadi tuntutan yang ekstra. konsekuensinya sepertinya kami harus lebih sigap, extra perhatian dan juga kuat lahir bathin. Begitupun ayah yang selalu mensuport walaupun tidak bisa mengasuh full karena ada kewajiban lain yang menjadi porsinya sebagai seorang kepala keluarga. Karena kami merasa suka keteter dalam pengasuhan, maka kami putuskan untuk mencari asisten rumah tangga yang membantu pekerjaan saya khususnya, jadi saya fokus ke pengasuhan Buah Hatiku sementara urusan pekerjaan rumah ada yang handle. Dan perjuangan kami masih harus berlanjut sampai usia 15 tahun dengan intensitas perlahan  berkurang.

     Saat itu kami selalu ada masalah dengan kunci pintu depan, ya kunci. Kenapa? karena  kami selalu kelelahan mengejar Buah Hatiku ketika pintu selalu kami kunci dan terkadang suka lupa nyimpen kunci dimana dan selalu ketahuan sama Buah Hatiku akhirnya lolos lagi, MasyaAlloh. Kalau tidak ketemu kunci dia keluar lewat jendela sampai-sampai semua jendela rumah kami rusak karena sering dipakai Buah Hatiku keluar. Diapakai kawat dia juga bisa buka dengan memakai tang, luar biasa anak ini kemaunnya keras. Padahal kami berupaya membangun rumah cukup luas supaya ruang untuk anak-anak tidak membosankan dan tidak sumpek. Dan puncaknya adalah saat Buah Hatiku kls 5 Sekolah Dasar. Saat itu menjelang magrib saya sedang  mengerjakan tugas kuliah dan kunci ruang samping lupa tidak saya pegang dan akhirnya Buah Hatikupun bisa keluar rumah, karena saat itu tanggung adzan magrib kami shalat magrib dahulu dan setelah itu kami bagi-bagi tugas mencari Buah Hatiku beserta saudara juga, kami memberitahukan kepada mereka  dan agar membantu mencarinya. Tak habis pikir maka kami berusaha sampai melibatkan staf kantor ayahnya juga. Tapi sampai jam 24.00 kami belum mendapat kabar juga, akhirnya kami memutuskan untuk istirahat saja dahulu. Namun sampai pagi pun  Buah Hatiku belum ada kabarnya juga. Persaan kami mulai bercampur aduk mulai sedih, bingung, kesel takutnya ada hal yang tidak diinginkan, tajut gimana-gimana gitu.... karena selama ini kalau kabur selalu tersusul atau ketemu., paling malam juga jam 21.00 sudah ada dirumah atau  kadang-kadang ada yang mengantarkannya ke rumah kami. Yang bisa kami lakukan saat itu hanya berdo'a, dan memasrahkan semua pada yang Maha Menciptakan Buah Hatiku.

     Pagi, siang, sorepun  berlalu belum ada kabar juga sampai jam 16.30, saat itu ada tetangga yang kebetulan mau berangkat ke Ciparay katanya menemukan Buah Hatiku di daerah Patrol Balekambang menuju Majalaya. Awalnya Buah Hatiku tidak mau diajak pulang bareng namun karena terlihat haus dan cape kata tetangga tersebut mengajak dia jajan ke minimarket akhirnya dia mau dan bisa diajak pulang bareng. Alhamdulillah bisa pulang, dengan wajah yang lusuh dan kelelahan..duuh Buah Hatiku ada-ada saja.

    

       Kami mencoba berkonsultasi ke psikolog tentang kebiasaan seringnya Buah Hatiku pergi berpetualang tanpa tujuan. Analisa psikolog tersebut mengatakan bahwa Buah Hatiku memiliki kekuatan di kaki, dia kuat berjalan jauh dan kemauannya sangat kuat untuk mengeksplore sesuatu yangg ada diimajinasinya. Beliau menyarankan agar Buah hatiku harus diarahkan seperti mengikuti club hiking, atau tantangan yang berhubungan dengan kemampuannya .

     Setiap dia jenuh ingin keluar biasanya sebelumnya suka cerita " Aku mau kesini liat ini"  sebagai contoh bila pernah melewati suatu tempat, atau berkunjung ketempat  yang disukai dia akan mencoba datang kembali kesana walaupun jauh dan harus jalan kaki..waktu itu pernah diajak ke undangan sama ayahnya di Jatinangor BGG. Yang merupakan lapangan golf rumput hijau luas dan Buah Hatiku suka tempat itu...alih-alih setiap ada kesempatan, kami lengah dia ingin selalu menuju kesana berkali - kali seringkali kami menyusulnya sampai Rancaekek, bahkan hampir Cileunyi...hujan sudah biasa kami lalui saat harus tiba-tiba menyusul Buah Hatiku..malam bahkan subuh sekalipun. Alhamdulillah  syukur padaMu ya Rabb yang senantiasa memberi kesehatan kepada kami, walau kadang-kadang saya merasa futur.

     Kami selalu saling menguatkan semuanya akan segera berlalu dan perilaku Buah Hatiku bisa lebih baik dan terarah lagi. Segala upaya yangg bisa dilakukan kami coba, seperti terapi, konsultasi, sekolah, dan menjaga makanannya dengan ketat, walaupun terkadang dia suka jajan diam-diam makanan yang seharusnya tidak dikonsumsinya.

     Ikhtiar dan  do’a senantiasa kami panjatkan dan biidznillah sekarang Buah Hatiku mulai mengerti dengan berbagai impack dari perilaku yang positif seperti apa, yang negatif seperti apa.... slowly but sure mulai bisa dirarahkan walaupun harus banyak kerja keras lagi dan sabar kuncinya....biar hatinya lembut dan bisa memahami keadaannya.

     Untuk Buah Hatiku memang harus mengenal aturan dengan jelas dan tegas tetapi tetap memberi pengertian bahwa semuanya dilakukan untuk kebaikannya...kami selalu bangun kepercayaan dirinya " kamu hebat Aa, kamu bisa yah, dan kamu sholeh “.

    Kami ajarkan Buah Hatiku untuk bertanggungjawab dengan apa yang dilakukannya, walaupun belum bisa maksimal seperti harapan tapi ada progres nyata. Kami selalu mearik hikmah dari pelajaran tersebut. Bagi kami “ Setiap kita diberi peran masing-masing sesuai kapasitasnya, maka apapun perannya maksimalkan lah usahamu., lejitkan potensi diri dengan melaksanakan amanah dengan ikhlas dan senang hati”. Kami berkeyakinan bahwa salah satu cara kita menjemput hidayah itu adalah dengan mengambil amanah yang baik. Jika kita diberi amanah yang baik, terimalah karena kalau menolak atau tidak serius menunaikan amanah itu, artinya kita sedang membuang kesempatan untuk mengupgrade diri dan menjadikan diri lebih dekat lagi pada Allah. Amanah sekecil apapun akan terasa berat seperti membawa gunung ketika diiringi dengan keterpaksaan dan penuh keluh kesah. Sedangkan amanah yg berat akan terasa ringan jika diiringi dengan hati yg ikhlas dan penuh harapan. Membersamai amanah dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan semoga segala yang tercurah bisa menjadi catatan amal baik untuk kita .. Aamiin

       “ Jika bisa jadi orangtua luarbiasa kenapa harus biasa biasa aja” .Salam tangguh buat orang tua.

                                                                                                            Majalaya, Juni 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bukber Jeung Syukur

  Majalaya, 28 Maret 2025 Assalamualaikum Wr. Wb. Mangga urang sami-sami manjatkeun puji sareng syukur ka Allah SWT, nu di mana dina kasempa...